Monday 10 November 2014

10 November dan Kehidupan Para Mantan Veteran

Mamat masih berlari menghindari hujan bom yang di jatuhkan dari pesawat penjajah. Tidak hanya bom, tetapi peluru dan popok bekaspun berhasil mamat hindari. Hari itu Mamat sedang berada di medan perang, perang dimana penjajah mencoba mengambil alih Indonesia. Demi kemerdekaan negerinya itu Mamat akan selalu berjuang sampai titik darah penghabisan.Tapi  Mamat tidak berjuang sendirian hari itu. Banyak pemuda pemuda Indonesia yang berjuang mati matian untuk mengusir penjajah.

Setelah lolos dari serangan penjajah, diam diam Mamat bersembunyi dan mengendap mengendap memasuki markas penjajah yang berada di kolong jembatan. Mamat memasuki lorong yang ada dikolong jembatan itu. Diduga lorong itu adalah tempat tahanan para pejuang yang tertangkap.

Dalam gelap Mamat menyisiri lorong tersebut, walaupun terkadang Mamat menginjak kotoran yang diduga itu adalah kotoran penjajah yang kebelet boker. Namun  semua itu tidak akan menghentikan langkah Mamat untuk membebaskan para pejuang yang tertangkap.

Tak lama setelah Mamat banyak menginjak kotoran yang melumuti sepatunya itu, Mamat melihat cahaya diakhir lorong. Dalam hati Mamat berdoa dan berupaya untuk tidak melambaikan tangan pada kamera, karena Mamat tau kalau ini bukan acara Dunia Lain. Sekitar 5 meter dari akhir lorong yang dipenuhi cahaya itu, Mamat melihat seseorang yang sedang membetulkan tali sepatunya. Pada waktu itu juga Mamat mendekati orang itu dan melayangkan tendangannya ke muka orang tersebut. Seketika orang tersebut tergeletak, lalu Mamat pun menodongkan senjatanya.

“Mamat ?” tanya orang tersebut.
Mamat kaget karena orang tersebut mengenalinya. “ Siapa kamu ?”
“Ini aku Mat ! Orang yang menikung pacarmu !”
Mamat mencoba mengenalinya, namun Mamat tetap tidak mengenalnya. Karena terlalu banyak orang yang menikung Mamat, selain itu muka orang tersebut dipenuhi kotoran, ya kotoran yang berasal dari sepatu Mamat ketika melayangkan tendangannya.
“Siapa kamu ?” tanya Mamat.
Sambil mengusap muka yang dipenuhi kotoran, orang itu menjawab .“ Ini aku Mat !! HERMAN !!“
“Herman !! Sedang apa kamu disini ?
“Aku mau membebaskan para tahanan dan mengusir penjajah itu Mat !!”
“Baiklah kalau begitu, mari bersama sama kita berjuang sampai titik darah penghabisan kita !!”

Mereka berdua melanjutkan misinya untuk membebaskan para pejuang yang ditahan terlebih dahulu.

Singkat cerita, Mamat dan Herman berhasil membebaskan para tahanan dan bekerjasama melawan penjajah pada kesempatan itu juga, hingga akhirnya para penjajah berhasil diusir dan diberantas.

Tiga puluh tahun berlalu, begitupun umur Mamat dan Herman kini sudah tua. Namun kini mereka tidak perlu lagi melawan penjajah, karena Indonesia telah merdeka. Kehidupan Mamat dan Herman kini serba kekurangan dalam hal ekonomi. Mamat dan Herman tidak mampu bersaing dalam mecari penghasilan, karena masa muda Mamat dan Herman telah dihabiskan untuk berjuang mati matian melawan penjajah. Mamat sadar kalau dimasa mudanya dia tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya bisa dijadikan modal untuk bersaing dalam dunia pekerjaan. Apa daya, Mamat dan Herman kini sudah tua. Untuk menyambung hidup pun mereka melakukan apa yang hanya mereka bisa saja. Terkadang Mamat harus terbaring lelah sambil mendengarkan lagu Sakitnya Tuh Disini by Bruno Mars.


Oke, itu sedikit cerita yang terlintas di imajinasi gue ketika gue makan nasi padang ga dikasih minum. Dan disini gue mau ngasih tau, ternyata di Indonesia ini banyak para veteran yang mungkin kurang perhatian dari pemerintah negara ini. Padahal dulu mereka mati matian memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia.

Hari ini tanggal 10 November 2014 tepatnya ini adalah hari pahlawan. Dan gue mau mengajak kalian sejenak untuk mebayangkan “ bagaimana sih  kehidupan para mantan veteran alias pejuang kita yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Apakah mereka mendapatkan tempat dan kehidupan yang layak atas apa yang telah mereka perjuangkan ?

Gue jadi inget dengan yang dikatakan Bung Karno “ Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan “. Namun sekarang tak sedikit para veteran perang yang hidup menderita. kehidupan para mantan veteran alias pejuang kita yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Apakah mereka mendapatkan tempat dan kehidupan yang layak atas apa yang telah mereka perjuangkan ?.

Mereka hidup dengan sangat kekurangan. Di tengah usia mereka yang sudah lebih separuh abad, mereka tidak dapat merasakan nikmatnya dunia, tetapi masih harus menjalani hari-hari dengan bekerja untuk mencari sesuap nasi. Ada banyak veteran perang kita yang mengalami nasib yang bisa dikatakan sangat malang. Mungkin gue share beberapa yang telah disorot media.


Silam, seorang lelaki tua yang tinggal di Desa Pelang, Kecamatan Kembangbahu, Lamongan Jawa Timur. Ia menjadi tukang sapu di gereja dan Balai Desa Pelang. Untuk pekerjaannya itu ia mendapatkan upah sebesar Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per bulan. Jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan mahalnya harga kebutuhan saat ini. Namun, uang sejumlah itu baginya sangat berharga untuk tambahan uang pensiunnya sebesar Rp 600 ribu per bulan. Meski demikian, Silam cukup bangga dengan apa yang dilakukannya. Pada usianya yang menjelang satu abad, ia tetap tidak membebani orang lain.



Gunawan, mantan kopral yang sekarang berusia 80 tahun, ia harus bekerja sebagai sopir alat berat di Jambi. Sewaktu muda dia berjuang di kesatuan kompi Merdeka Resimen Sumatera era 1948. Gunawan menjadi teknisi berbagai alat perang untuk mengusir penjajah Belanda yang membonceng NICA (Netherland Indie Civil Administration) dari daratan Sumatra bagian Tengah. Meski sejumlah dokumen menyatakan pejuang, Gunawan tetap tak dapat mencicipi dana pensiun veteran. Dilupakan negara tidak menyurutkan hidupnya. Gunawan juga tak mau berpangku tangan. Dia bertekad terus berjuang seumur hidup untuk terus bertahan di negeri ini.


Samsuri, seorang veteran kemerdekaan yang sudah berusia 91 tahun ini terpaksa harus mengetuk pintu-pintu kantor untuk menyambung hidupnya. Meskipun sudah tua, langkah Samsuri terlihat masih tegap. Sikap dan atributnya masih sama seperti saat dia aktif sebagai pejuang di front Ambarawa, Jawa Tengah. Namun, dia kini tak lagi memanggul senjata. Pria tua ini kemana-mana membawa sejumlah barang dagangan, seperti permen jahe dan jamu-jamuan. Dia terpaksa mengumpulkan rupiah demi rupiah karena tunjangan pensiunnya tak seberapa. Samsuri masih memiliki patriotisme. Dengan caranya sendiri dia mengingatkan arti perjuangan kemerdekaan 66 tahun silam.


Sidik yang merupakan mantan pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam tentara pelajar nasional, memasuki sembilan puluh tahun lebih. Warga Desa Brumbung, Kecamatan Mranggen, ini telah pikun dan sering keluar rumah sendirian, tak jarang ia juga membawa senjata tajam sehingga membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.

Kakek belasan cucu dan lima anak ini juga sulit diajak berkomunikasi, selain fungsi pendengarannya telah berkurang, kenangan masa perjuangan begitu lekat di ingatannya. Hampir semua jenis pertanyaan selalu dijawab dengan cerita kegigihan para pejuang untuk memperebutkan kemerdekaan.
Pertempuran lima hari di Semarang merupakan peristiwa yang paling diingat, karena banyak rekan-rekan seperjuangannya yang gugur, beruntung saat itu ia bersama sejumlah pejuang lainnya berhasil selamat setelah mundur sementara dari medan perang.Meski telah mempertaruhkan nyawanya untuk mengusir penjajah, tak serta merta ia mendapatkan penghidupan yang layak setelah kemerdekaan, tak mudah baginya untuk mendapatkan gaji pensiun veteran.

Surat keputusan Departemen Pertahanan tentang gelar kehormatan pejuang yang diperoleh pada tahun 1951 juga tidak lantas membuatnya langsung mendapatkan gaji pensiun veteran, baru sekitar 17 tahun terakhir ia mendapatkan tunjangan hari tua untuk para pejuang, itupun melalui proses berbelit yang sangat lama



Oke, masihkah kita menutup mata melihat semua itu ?. 
Inilah jalan hidup sebagian para veteran perang setelah melawan penjajah. Kemerdekaan bagi mereka belumlah usai. Mereka bukan lagi berperang melawan penjajah tetapi mereka harus berperang melawan kebutuhan perut dan usia yang terus menua dengan pasti. Pejuang pejuang di atas hanyalah beberapa potret para veteran. Masih banyak lagi nasib para veteran perang yang harus berjuang melawan nasib di tengah usianya yang sudah melebihi dari separuh abad.

Mereka tidak mendapatkan penghargaan dan kehidupan yang layak meski di masa lalu telah mempertaruhkan nyawa untuk kemerdekaan. Gue sangat berharap pemerintah memperdulikan nasib para veteran perang yang sangat memilukan ini.


0 comments: